(1) 1. Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah).
(2) 2. Dan demi malam apabila telah sunyi.
(3) 3. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.*(910)
*910). Ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik berkata, "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadanya.” Maka turunlah ayat ini untuk membantah perkataan orang-orang musyrik itu.
(4) 4. Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.*(911)
*911). Akhir perjuangan Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian mufassir yang mengartikan ākhirat dengan “kehidupan akhirat” beserta segala kesenangannya dan ūlā dengan arti “kehidupan dunia”.
(5) 5. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
(6) 6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu).
(7) 7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung,*(912) lalu Dia memberikan petunjuk.
*912). Kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal. Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
(8) 8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(9) 9. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
(10) 10. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya).
(11) 11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).